- Back to Home »
- Islam »
- Teknologi Capung
Posted by : Unknown
Minggu, 27 Oktober 2013
Manusia
telah mencoba berbagai macam cara untuk dapat terbang. Sejak pesawat
terbang pertama dibuat kira-kira seratus tahun yang lalu, ribuan model
pesawat udara yang berbeda telah dirancang. Ilmuwan yang tak terhitung
jumlahnya telah mencoba membuat mesin terbang yang lebih baik sampai
akhirnya mereka mampu membuat mesin terbang terkini dengan disainnya
yang mengagumkan.
Lebih Hebat dari Helikopter
Terbang
adalah keahlian yang hebat, tapi kegunaannya tergantung pada sejauh
mana ia dapat dikendalikan. Sebenarnya, untuk dapat melayang pada posisi
tetap di udara atau mendarat di tempat yang diinginkan adalah sama
pentingnya dengan kemampuan terbang itu sendiri. Untuk itulah, manusia
merancang pesawat terbang dengan kemampuan manuver yang tinggi, yaitu
helikopter. Helikopter mampu melayang di udara pada posisi tetap dan
lepas landas secara tegak lurus. Karena keuntungan militer inilah,
berbagai negara telah menyediakan dana dalam jumlah tak terbatas untuk
pengembangan helikopter. Akan tetapi, penelitian terkini telah menemukan
fakta yang sangat mencengangkan. Teknologi penerbangan helikopter
modern ternyata sangat tertinggal jauh dibanding dengan seekor makhluk
mungil yang mampu terbang. Makhluk ini adalah capung.
Sistem
penerbangan capung adalah sebuah keajaiban disain dengan teknologi
terbang yang mengalahkan semua mesin buatan manusia. Dengan alasan
inilah, disain model terakhir helikopter Sikorsky yang terkenal di
dunia, dibuat menggunakan disain capung sebagai model. Dalam proyek ini,
perusahaan IBM membantu mendisain Sikorsky dengan memuat gambar-gambar
capung dalam komputer khusus.
Setelah itu, dengan mengambil
contoh capung, ribuan ilustrasi dibuat dalam komputer. Kemudian, dengan
mencontoh teknologi terbang capung, dibuatlah model helikopter Sikorsky.
Singkatnya,
tubuh seekor serangga kecil memiliki disain lebih unggul dari rancangan
manusia. Teknologi penerbangan capung dan disain sayapnya mengemukakan
suatu fakta bahwa makhluk kecil ini memperlihatkan kepada kita disain
menakjubkan pada ciptaan Allah. Capung memiliki dua pasang sayap yang
ditempatkan secara diagonal pada tubuhnya, ini memungkinkannya melakukan
manuver sangat cepat.
Capung dapat mencapai kecepatan lima puluh
kilometer per jam dalam waktu sangat singkat, hal yang sungguh luar
biasa bagi seekor serangga. Seorang atlit olimpiade dalam perlombaan
lari seratus meter, hanya mampu berlari tiga puluh sembilan kilometer
per jam.
Giroskop Alami pada Capung
Ada
satu persyaratan lagi bagi penerbangan yang baik. Penerbangan sangatlah
berbahaya jika tidak didukung oleh sistem penglihatan yang baik. Untuk
itulah, pesawat terbang dan helicopter modern memiliki sistem visual
canggih. Capung juga memiliki sistem visual teramat canggih: ia memiliki
mata mikro berjumlah keseluruhan tiga puluh ribu buah, dan setiap mata
mengarah ke titik yang berbeda. Semua informasi dari mata-mata mikro ini
diteruskan ke otak capung, yang kemudian mengolahnya seperti komputer.
Dengan sistem ini, capung memiliki kemampuan melihat yang luar biasa.
Kemampuan
manuver capung lebih unggul dari yang dimiliki helikopter. Misalnya,
dengan satu manuver cepat di menit terakhir, capung berhasil
menyelamatkan diri dari truk yang datang dari arah berlawanan.
Bahkan
capung mampu meloloskan diri dari dua bahaya, yakni ketika ia harus
menghindar dari menabrak kaca depan mobil yang sedang melaju ke arahnya
dan harus lolos dari burung yang memburunya. Ia berhasil menyelamatkan
diri dengan satu manuver cerdas.
Satu permasalahan yang dihadapi
pilot, yang seringkali harus melakukan manuver, adalah bahwa setelah
suatu manuver, pilot mengalami kesulitan dalam menentukan posisi pesawat
relatif terhadap permukaan bumi. Jika pilot kebingungan menentukan
posisi bagian atas dan bawah pesawat setelah melakukan manuver, maka
pesawat ini dapat mengalami kecelakaan. Para teknisi telah mengembangkan
suatu alat untuk mengatasi hal ini, yakni giroskop. Alat ini menunjukan
pilot pada garis horisontal yang menandakan posisi horison. Pilot
membandingkan garis horisontal ini dengan horison sesungguhnya, dan
dengan demikian ia dapat menentukan posisi pesawat dengan cepat. Selama
jutaan tahun, capung telah memakai perlengkapan yang mirip dengan yang
dikembangkan oleh para teknisi ini. Di depan mata capung terdapat garis
horisontal maya pada posisi tetap. Tak menjadi masalah, pada sudut
berapa pun ia terbang, ia selalu memposisikan kepalanya sejajar dengan
garis horisontal ini.
Ketika posisi tubuh capung berubah selama
penerbangan, rambut-rambut di antara badan dan kepalanya menjadi
terangsang. Sel-sel saraf pada akar rambut ini mengirimkan informasi ke
otot-otot terbang capung tentang posisinya di udara. Hal ini
memungkinkan otot-otot tersebut secara otomatis mengatur jumlah dan
kecepatan gerak sayap. Dengan demikian, dalam manuver paling sulit
sekalipun, capung tidak pernah kehilangan arah atau kendali. Sistem ini
sungguh merupakan suatu keajaiban teknik.
Disini, manusia yang
berakal akan berpikir. Capung sendiri tidak mengetahui akan sistem luar
biasa yang ia miliki. Lalu, siapakah yang meletakan pada tubuh serangga
ini sistem penerbangan yang sedemikian kompleks, yang bahkan para
insinyur ahli telah menggunakannya sebagai model? Siapakah yang
melengkapi serangga ini dengan sayap sempurna, motor yang menggerakkan
sayap dan sistem penglihatan yang prima? Siapakah Pencipta disain yang
luar biasa ini?
Capung: Diciptakan Sudah Sempurna dan Lengkap
Teori
evolusi Darwin, yang mencoba menjelaskan kehidupan dengan peristiwa
kebetulan, tak mampu berbicara ketika dihadapkan dengan
pertanyaan-pertanyaan ini. Mustahil bahwa sistem dalam tubuh capung
dapat terbentuk melalui evolusi, yakni pembentukan tahap demi tahap
secara kebetulan. Hal ini dikarenakan bahwa agar suatu makhluk hidup
dapat hidup, semua sistem ini harus ada pada saat yang bersamaan dan
telah lengkap. Capung paling pertama di dunia juga pasti muncul dengan
mekanisme yang sama mengagumkannya dengan yang dimiliki capung zaman
sekarang. Hal ini telah dibuktikan oleh catatan fosil tentang sejarah
alam. Catatan fosil menunjukan bahwa capung-capung muncul di bumi pada
saat bersamaan secara serentak. Fosil capung tertua yang diketahui ini
berusia tiga ratus dua puluh juta tahun. Pada lapisan-lapisan fosil
periode lebih awal, tidak dijumpai sesuatu pun yang menyerupai seekor
capung. Tambahan lagi, sejak pertama kali capung muncul, catatan fosil
menunjukan bahwa ia tidak mengalami evolusi.
Fosil capung tertua
benar-benar sama dengan capung-capung yang hidup sekarang. Antara fosil
berusia seratus empat puluh juta tahun dengan capung masa kini di
sebelahnya tidak ada perbedaan sama sekali. Kenyataan ini sekali lagi
membuktikan kekeliruan teori evolusi sekaligus menunjukan dengan
sebenarnya bagaimana capung dan semua makhluk hidup di dunia ini muncul
menjadi ada. Adalah Allah, Tuhan seluruh alam, yang menciptakan semua
makhluk hidup, dan masing-masing dari mereka adalah bukti
keberadaan-Nya. Di samping Allah, tak ada kekuatan lain yang mampu
menciptakan seekor lalat sekali pun. Fakta ini dinyatakan oleh Allah
dalam Alquran:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ
مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ
الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ
وَالْمَطْلُوبُ
Artinya : "Hai manusia, telah dibuat
perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya
segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan
seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat
itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya
kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah
(pulalah) yang disembah." (QS Al-Hajj : 73)